Cinta adalah Hakikat

Hargai perbedaan, hindari kekerasan !
Hormati kemajemukan dan cintai keanekaragaman !

Saat ini, jika Anda mencari berita, yang diperoleh nyaris pasti adalah kebencian. Berita di koran, televisi atau radio sering—kalau tidak dikatakan tiap hari—diwarnai dan penuh dengan langgam permusuhan. Anak sekolah tawuan.

Mahasiswa tidak kalah. Golongan muda terdidik dan tentu saja sudah dewasa, tidak bisa mengendalikan diri. Kampus, tempat para mahasiswa menyemaikan benih-benih gagasan, mereka jadikan arena baku hantam.

Para tokoh bangsa dan elit potitik bertindak tidak kalah seru. Berlomba adu pendapat, saling menunjukkan kepintaran, yang ujung-ujungnya “berpaduan suara”, demi kepentingan rakyat. Saling klaim. Entah, rakyat mana yang mereka kehendaki.

*****

Di tengah terik matahari, dalam rutinitas kehidupan Jakarta yang selalu penuh dengan “nafas persaingan”, anak-anak jalanan keluar masuk bis dengan lincah. Mereka meloncat ke bis, mengedarkan amlop sumbangan—lengkap dengan tulisan tangan yang dibuat-buat, atau bahkan dengan komputer—dengan gesit.

Setelah itu, mereka menyapa para penumpang, “Selamat pagi bapak-bapak, ibu-ibu, kakak-kakak semua, om dan tante. Maafkan kami, berilah kami sedikit uang untuk biaya sekolah kami. Kami orang miskin, tidak punya uang”. Ada yang memberi, tapi banyak yang membuang muka.

“Anak jalanan di Jakarta sudah seperti dalam jaringan sindikat”, kata seorang ibu kepada saya.

Apa pun kondisinya, anak-anak jalanan itu mestinya adalah tanggung jawab negara. Mereka harus diselamatkan. Banyak hal yang mengancam masa depannya. Mereka kehilangan masa indah menjadi anak-anak. Seperti saya dulu, di punggu, di kudang, diajak makan atau di ajak jalan-jalan naik motor ke kota oleh bapak saya.

*****

Ajaran universal pun, telah mengajarkan bahwa kita semestinyalah menyayangi orang lain, mengasihi sesama, layaknya kita mengasihi dan menyayangi diri kita sendiri.

Rasa kasih, sayang, cinta dan saling menghargai orang lain, mungkin makin memudar. Asas-asas universal dan bersifat turun temurun dari leluhur kita, bisa jadi makin ditinggalkan. Lebih dari itu semua, kita mesti mengembalikan rasa kasih dan cinta kita, menjadi sebuah hakikat. Demikian kata Dewa 19.

(Kundiyarto M. Prodjotaruno)

New Page 1